PENCEGAHAN PERAWATAN CEDERA

1. Pengertian,Tujuan dan Ruang Lingkup

      Pencegahan merupakan upaya atau langkah langkah seseorang untuk menghindari atau mengurangi resiko terjadinya cedera pada saat kita latihan maupun ketika seorang atlit sedang beraktifitas.Pencegahan cedera.Supaya seorang atlit terhindar dari hal hal yang tidak diinginkan maka seorang atlit harus lah melakukan pemanasan yang baik,atau seorang atlit harus menjaga kondisi fisiknya sendiri supaya tetap optimal,dan memakai pelindung yang lengkap.Seorang atlit bisa saja terjadi cedera jika seorang atlit mengalami masa otot yang sudah lelah. Jadi cara yang baik bagi atlit untuk mencegah cedera adalah dengan cara melakukan pengolesan seperti rendam pake es batu,kompres juga bisa supaya dapat mengurangi pembengkakan atau dapat mempercepat otot si atlit menjadi stabil kembali.Kebanyakan sekali seorang atlit mengalami cedera disebatkan dengan koordinasi otot otot dan sendi yang kurang sempurna sehingga menimbulkan gerakan gerakan yang salah.Pencegahan cedera ini sangatlah penting terutama membantu si atlit untuk mencapai sasaran latihan dan juga menjaga kesehatan dan keselamatan.

a. Tujuan 
    tujuan nya adalah bagaimana agar dapat menimalkan resiko cedera,mempercepat pemulihan, dan memastikan tubuh tetap dalam kondisi yang baik dan optimal.Mengapa penting untuk kita mencegah cedera? karean tidak hanya membantu seseorang untuk mencapai sasaran latihan,tetapi juga menjaga kesehatan dan keselamatan.
     1.Dapat mengurasi resiko cedera.
     2.Mencegah terjadinya cedera.
     3.Meningkatkan kualitas hidup dan kesehatan.
     4. Mengurangi pembengkakan dan nyeri
     5. Meningkatkan stabilitas dan fleksibilitas otot.

  2. Ruang Lingkup Pencegahan Cedera

1. Identifikasi Faktor Risiko: Mengidentifikasi faktor-faktor yang dapat meningkatkan risiko cedera.
2. Pencegahan Cedera: Mengambil langkah-langkah untuk mencegah cedera, seperti menggunakan peralatan pelindung, melakukan pemanasan dan pendinginan.
3. Pendidikan dan Pelatihan: Memberikan pendidikan dan pelatihan tentang cara mencegah cedera dan menghadapi situasi darurat.
4. Pengawasan dan Pengendalian: Mengawasi dan mengendalikan lingkungan untuk mengurangi risiko cedera.

 Ruang Lingkup Perawatan Cedera
1. Penilaian Cedera: Menilai tingkat keparahan cedera dan menentukan tindakan perawatan yang tepat.
2. Perawatan Cedera: Melakukan perawatan cedera, seperti memberikan pertolongan pertama, melakukan fisioterapi.
3. Rehabilitasi: Membantu pasien kembali ke aktivitas normal melalui program rehabilitasi.
4. Pengelolaan Nyeri: Mengelola nyeri dan pembengkakan untuk meningkatkan kenyamanan pasien.

Hal ini sesuai dengan pendapat (Mustafa, Pinton, P.S )(2022:12) "Dalam bukunya yang berjudul “Pertolongan Pertama dan Pencegahan Perawatan Cedera Olahraga”, Pinton Setya Mustafa menjelaskan bahwa pencegahan cedera olahraga melibatkan pemahaman tentang berbagai jenis cedera dan respons tubuh terhadapnya. Dengan memahami hal ini, individu dapat mengetahui langkah-langkah yang harus diambil untuk mencegah cedera, mendeteksi cedera sebelum menjadi parah, mengobatinya, dan menentukan kapan perlu mencari bantuan medis profesional. 

artikel
Solehudin, Sarwili, Purnama, - Agustina, Rokhmiati, . Afrina, & Suryadi. (2022). Analisis Standar Operasional Prosedur Pencegahan Infeksi: Hand Hygiene. Journal of Management Nursing, 1(2), 60–63. doi:10.53801/jmn.v1i02.25

3. Pencegahan Perawatan Cedera

Dalam olahraga, kebugaran jasmani dan psikologis memiliki peran penting dalam mencegah cedera. Berikut adalah faktor-faktor yang dapat menyebabkan cedera olahraga terkait dengan kebugaran jasmani dan psikologis:

  • Faktor Kebugaran Jasmani

            Kebugaran jasmani yang tidak optimal  dapat meningkatkan risiko cedera karena tubuh tidak mampu menahan beban latihan yang diberikan. Faktor-faktornya meliputi:

  •  Kurangnya Kekuatan Otot

Otot yang lemah tidak dapat memberikan stabilitas yang cukup pada sendi, sehingga rentan mengalami cedera seperti keseleo atau robekan ligamen.

  • Fleksibilitas yang Buruk

Otot dan sendi yang kurang fleksibel dapat menyebabkan gerakan menjadi terbatas dan meningkatkan risiko cedera akibat pergerakan yang tiba-tiba atau tidak wajar.

  • Daya Tahan yang Rendah

Atlet dengan daya tahan yang buruk lebih cepat mengalami kelelahan, yang dapat menyebabkan teknik olahraga menjadi buruk dan meningkatkan kemungkinan cedera.

Kurangnya Koordinasi dan Keseimbangan

Koordinasi dan keseimbangan yang buruk dapat menyebabkan gerakan yang tidak stabil, sehingga meningkatkan risiko jatuh atau salah tumpuan.

Kurangnya Pemanasan dan Pendinginan

Pemanasan yang tidak cukup sebelum latihan membuat otot dan sendi belum siap untuk aktivitas berat, sedangkan pendinginan yang kurang dapat menyebabkan kekakuan otot yang meningkatkan risiko cedera di sesi latihan berikutnya.

4. Faktor Psikologis

Aspek psikologis juga berperan dalam cedera olahraga, terutama dalam pengambilan keputusan dan kesiapan mental atlet. Beberapa faktor psikologis yang dapat meningkatkan risiko cedera adalah:
    a. Kurang Fokus dan Konsentrasi
Atlet yang tidak fokus bisa salah melakukan teknik atau tidak menyadari lingkungan sekitar, sehingga lebih rentan mengalami cedera akibat benturan atau kesalahan gerakan.
    b. Stres dan Tekanan Berlebihan
Stres yang tinggi bisa menyebabkan ketegangan otot berlebihan, yang meningkatkan risiko cedera. Selain itu, tekanan untuk tampil baik dapat membuat atlet memaksakan diri melampaui batas fisiknya.
    c. Kurangnya Kepercayaan Diri
Atlet yang ragu-ragu atau takut cedera cenderung tidak melakukan gerakan dengan benar, sehingga meningkatkan risiko kecelakaan.
    d. Kelelahan Mental
Kelelahan psikologis dapat menyebabkan atlet menjadi lebih lambat dalam bereaksi dan mengambil keputusan yang buruk saat bertanding atau berlatih, yang bisa menyebabkan cedera.
Cedera olahraga sering kali terjadi karena kombinasi dari faktor kebugaran jasmani dan psikologis. Oleh karena itu, menjaga kebugaran tubuh secara keseluruhan, melakukan pemanasan yang tepat, dan menjaga kesehatan mental sangat penting untuk mencegah cedera.

5.Prinsip Prinsip Dasar Yang Dapat Mempengaruhi Terjadinya Cedera.

    1. Keadaan fasilitas contohnya kondisi fasilitas yang rusak atau usang.


  • Permukaan lantai yang licin, retak, atau tidak rata

  • Peralatan olahraga yang rusak (contoh: ring basket longgar, net robek, matras tipis).

     2. Pengguna sarana pelindung dalam kegiatan olahraga misalnya aktivitas olahraga yang menggunakan peralatan khusus untuk melindungi tubuh dari risiko cedera contohnya gumsil,headguard,hand glove,pelindung tulang kering dll.

   
  3. Pelaku harus memiliki kebugaran jasmani yang baik. 
  • Otot sendi lebih kuat dan stabil.
  •  Meningkatkan Keseimbangan dan Koordinasi.
  • Meningkatkan Daya Tahan.
  • Meningkatkan Konsentrasi dan Reaksi Cepat.

     4. Keadaan psikologis pelaku olahraga.

     5. Perilaku dalam kegiatan olahraga.

     6. Latihan latihan yang progresif (pembebanan dalam latihan).

     7. Latihan pemanasan (warming up).

     8. latihan pendinginan (cooling down).

Jenis Jenis Cedera Olahraga.

ada beberapa jenis cedera diantara lainya adalah:


     👀Cedera ringan  Potter & Perry (2005) Dalam buku Fundamentals of Nursing, Potter dan Perry menyatakan bahwa cedera ringan mencakup luka atau trauma yang tidak menyebabkan gangguan serius pada struktur atau fungsi tubuh dan tidak memerlukan penanganan medis darurat, seperti lecet, memar ringan, atau goresan. cedera ringan ini asalkan si atlit masi bisa bermain dan tidak dapat mengganggu performa si atlit.
Misalnya:
ketika si atlit mengalami kontraksi pada otot terus medis menangani dengan cara memakai semprot dan si atlit masi bisa melanjutkan pertandingan tersebut.

1. Luka adalah kerusakan atau gangguan pada jaringan tubuh yang bisa disebabkan oleh berbagai faktor (mekanik, termal, kimia, atau biologis), dan memerlukan proses penyembuhan melalui fase-fase tertentu (inflamasi, proliferasi, dan remodelling).
  •  Tusuk : Luka tusuk adalah sebuah bentuk spesifik dari trauma tajam pada kulit akibat sebuah pisau atau benda tajam lainnya.
  • Sayat : Luka sayat adalah luka sobekan atau bukaan pada kulit. Luk a ini juga disebut laserasi. Luka sayat bisa dalam, halus, atau bergerigi.
  • Robek : Luka terbuka yang disebabkan oleh robeknya jaringan halus pada tubuh sehingga disebut dengan luka vulnus laceratum atau laserasi.

2. Luka lecet atau abrasi terjadi ketika kulit bergesekan dengan permukaan yang kasar atau keras.
      
 
 1. Berdasarkan Kedalaman Luka:
       a. Lecet Superfisial
  • Hanya mengenai lapisan terluar kulit (epidermis).

  • Umumnya kering, tidak berdarah, atau hanya sedikit mengeluarkan cairan.

  • Contoh: luka jatuh di aspal yang ringan.

      b. Lecet Parsial

  • Mengenai epidermis dan sebagian dermis.

  • Bisa berdarah ringan dan terasa perih.

  • Mungkin disertai pembengkakan ringan dan kemerahan.

      c. Lecet Dalam

  • Sampai ke dermis dan bisa lebih dalam.

  • Sering menyebabkan perdarahan dan memerlukan perawatan lebih intensif.

 Berdasarkan Penyebab :

a.Luka Lecet karena Gesekan
  • Terjadi karena kulit bergesekan dengan permukaan kasar (aspal, dinding, tanah).

  • Sering terjadi saat jatuh, tergelincir, atau terbentur.

b. Luka Lecet karena Goresan

  • Disebabkan oleh benda tajam namun tidak cukup dalam untuk menjadi luka sayat.

  • Misalnya terkena kuku, duri, atau kawat.

c. Luka Lecet karena Kecelakaan Ringan

  • Luka kecil akibat kegiatan sehari-hari seperti terbentur, tergesek tas, atau jatuh ringan.
3. Lepuh (blister)

adalah kantung kecil berisi cairan yang terbentuk di lapisan atas kulit akibat gesekan, luka bakar, infeksi, atau reaksi alergi. 

Menurut Robbins, lepuh atau vesikel adalah akumulasi cairan intraepidermal atau subepidermal yang bisa terjadi akibat kerusakan sel atau reaksi imunologis, biasanya disebabkan oleh infeksi, trauma, atau penyakit autoimun.

S

Berdasarkan Letak dalam Lapisan Kulit

Menurut Fitzpatrick’s Dermatology, lepuh diklasifikasikan menjadi:

  • Intraepidermal blister
    Lepuh yang terbentuk di dalam lapisan epidermis. Biasanya lebih rapuh dan mudah pecah. Contoh: Pemphigus vulgaris.

  • Subepidermal blister
    Lepuh yang terbentuk di bawah lapisan epidermis. Umumnya lebih kuat dan lebih besar. Contoh: Bullous pemphigoid, luka bakar derajat dua.

 2. Berdasarkan Ukuran

Menurut standar dermatologi:

  • Vesikel
    Lepuh kecil berisi cairan jernih, ukuran < 0,5 cm.
    Contoh: cacar air (varisela), herpes simpleks.

  • Bula
    Lepuh besar dengan diameter > 0,5 cm.
    Contoh: luka bakar tingkat dua, bullous pemphigoid.

 3. Berdasarkan Penyebab

A. Lepuh Traumatik

  • Disebabkan oleh gesekan, tekanan, luka bakar, atau suhu ekstrem.
    Contoh: friction blister pada kaki akibat sepatu.

B. Lepuh Infeksius

  • Disebabkan oleh virus atau bakteri.
    Contoh:

    • Herpes simplex virus (HSV)

    • Cacar air (Varicella-zoster virus)

    • Impetigo bulosa (infeksi bakteri Staphylococcus aureus)

C. Lepuh Autoimun

  • Disebabkan oleh reaksi sistem imun terhadap jaringan kulit sendiri.
    Contoh:

    • Pemphigus vulgaris

    • Bullous pemphigoid

    • Dermatitis herpetiformis

D. Lepuh Alergi/Kontak

  • Akibat reaksi alergi terhadap zat tertentu.
    Contoh: dermatitis kontak alergi terhadap bahan kimia atau logam.

   4. Berdasarkan Isi Lepuh

  • Serosa (bening) – biasanya pada lepuh akibat gesekan atau luka bakar ringan.

  • Purulen (nanah) – infeksi bakteri.

  • Hemoragik (bercampur darah) – kerusakan pembuluh darah kecil di sekitar lepuh.

4. Kontusio ( memar)

 cedera jaringan lunak yang disebabkan oleh kerusakan pembuluh darah kecil (kapiler). memar dapat terjadi karena benturan tendangan, jatuh, benturanCedera ini menyebabkan pecahnya pembuluh darah kecil (kapiler) di bawah kulit, sehingga darah merembes ke jaringan sekitarnya dan menimbulkan warna kebiruan atau keunguan pada kulit 

Ciri-ciri kontusio:

  • Warna kulit berubah (biru, ungu, hijau, atau kuning seiring waktu)

  • Rasa nyeri di area yang terkena

  • Bengkak ringan hingga sedang

  • Tidak ada luka terbuka

  • Bisa disertai gangguan fungsi ringan (misalnya, sulit menggerakkan sendi jika memar dekat sendi)

Penyebab umum:

  • Terjatuh

  • Terbentur benda keras

  • Cedera olahraga

  • Kecelakaan lalu lintas

  • Kekerasan fisik

Proses perubahan warna memar:

  1. Hari 1-2: Merah atau ungu kebiruan (karena darah segar di bawah kulit)

  2. Hari 3-5: Warna berubah menjadi hijau (pemecahan hemoglobin)

  3. Hari 5-10: Warna menjadi kuning atau coklat kekuningan

  4. Setelah 10 hari: Warna memudar dan kembali normal.


5. Heamatoma (Lebam)

Menurut Price & Wilson (2006) Hematoma atau lebam adalah penumpukan darah di luar pembuluh darah yang terjadi akibat pecahnya kapiler atau pembuluh darah setelah trauma. Akumulasi darah ini bisa menimbulkan pembengkakan dan perubahan warna kulit

Ciri-ciri Hematoma / Lebam:

  • Kulit berubah warna (merah → biru/ungu → hijau → kuning → normal)

  • Bengkak ringan hingga sedang

  • Rasa nyeri saat ditekan

  • Tidak ada luka terbuka

  • Terkadang terasa hangat di sekitar area lebam

 Penyebab 

  • Terjatuh atau terbentur

  • Cedera olahraga

  • Pukulan keras

  • Pasca operasi atau suntikan

  • Gangguan pembekuan darah

 Jenis-jenis Hematoma 

  1. Subkutan: Di bawah kulit → biasa kita lihat sebagai memar/lebam.

  2. Intramuskular: Dalam otot → lebih dalam, biasanya lebih nyeri.

  3. Hematoma intrakranial: Di dalam otak → sangat serius dan butuh penanganan medis segera.

  4. Hematoma subdural / epidural: Jenis hematoma di otak, bisa berbahaya.

Perbedaan Hematoma dan Memar Biasa:

  • Memar biasa: Lebih ringan, hanya warna kulit berubah.

  • Hematoma: Darah terkumpul lebih banyak, kadang terasa seperti benjolan atau bengkak keras.

6. Kram

Menurut Guyton & Hall (Textbook of Medical Physiology, 2011)

Kram otot adalah kontraksi involunter (tidak sadar) yang tiba-tiba dan menyakitkan dari otot atau sekelompok otot. Hal ini terjadi karena aktivitas listrik berlebihan pada serabut otot atau saraf yang mengontrol otot tersebut.

Menurut Tortora & Derrickson (Principles of Anatomy and Physiology, 2014)

Kram adalah spasme otot yang berlangsung tiba-tiba dan intens, yang biasanya terjadi saat atau setelah aktivitas fisik berat. Kram sering kali disebabkan oleh kehilangan elektrolit seperti natrium, kalium, dan magnesium

👀Cedera Sedang👀

keadaan cedera yang bisa membuat 2 kemungkinan dapat diobati dengan obat maupun terapi dan si atlit bisa melanjutkan pertandingan ataupun si atlit bisa berhenti. Cedera sedang terbagi dua yaitu strain dan Sprain.

1. Strain ( disendi)

strain adalah kondisi ketika otot atau tendon mengalami tarikan atau robekan akibat beban berlebih. Strain sedang (moderate strain atau grade II strain) merupakan tingkat keparahan menengah, di mana sebagian serat otot atau tendon robek, tetapi tidak putus total. Para ahli medis dan olahraga memiliki pandangan yang seragam tentang karakteristik dan penanganannya.

Menurut Dr. William Roberts, MD, dari American College of Sports Medicine, strain sedang melibatkan robekan sebagian pada serat otot, yang ditandai dengan rasa nyeri sedang hingga kuat, pembengkakan, dan keterbatasan gerak. Ia menekankan bahwa pemulihan biasanya membutuhkan waktu antara beberapa hari hingga minggu, tergantung penanganannya.

Dalam kehidupan sehari-hari, tubuh manusia tidak lepas dari aktivitas fisik mulai dari berjalan, berlari, hingga mengangkat benda berat. Aktivitas ini melibatkan peran penting otot dan tendon yang bekerja sama untuk menghasilkan gerakan yang efisien. Namun, ketika tubuh dipaksa bekerja melebihi kapasitasnya, risiko cedera pun muncul. Salah satu cedera yang paling sering terjadi adalah strain, atau yang dikenal juga sebagai tarikan otot.

Strain terjadi ketika otot atau tendon mengalami peregangan berlebihan atau robekan akibat tekanan atau beban yang tinggi. cedera strain merupakan kondisi yang cukup sering terjadi, baik pada atlet maupun individu biasa. Pada kondisi ini, otot atau tendon mengalami robekan sebagian yang menimbulkan nyeri signifikan, pembengkakan, dan keterbatasan gerakan, namun tidak separah robekan total.

 Beberapa penyebab umum antara lain:

  1. Aktivitas fisik yang berlebihan atau tiba-tiba
    Misalnya: berlari cepat tanpa pemanasan, mengangkat beban terlalu berat, atau bergerak tiba-tiba dalam olahraga.

  2. Kurangnya pemanasan sebelum berolahraga
    Otot yang belum siap atau belum fleksibel cenderung lebih mudah cedera saat dipaksa bekerja.

  3. Kelelahan otot (muscle fatigue)
    Otot yang lelah lebih rentan mengalami kerusakan karena kehilangan kekuatan dan koordinasi.

  4. Postur tubuh atau teknik yang salah
    Misalnya: mengangkat benda dari lantai dengan punggung membungkuk, bukan dari lutut.

  5. Gerakan berulang (repetitive motion)
    Aktivitas seperti membungkuk terus-menerus, bermain alat musik, atau mengetik bisa menyebabkan strain kronis.

contoh: cedera Strain pada Hamstring yaitu robekan sebagian pada otot paha belakang. Umumnya terjadi saat berlari atau menendang bola secara tiba-tiba.

Gejala umum strain sedang antara lain:

  • Nyeri yang terasa tajam saat otot digunakan

  • Pembengkakan di area yang cedera

  • Kemerahan atau memar

  • Penurunan kekuatan otot

  • Gerakan terbatas





 2. Sprain (di otot)

Menurut Prentice, cedera sprain bukan hanya pada ligamen, tapi juga bisa melibatkan kapsul sendi. Tingkat keparahan sprain ditentukan oleh seberapa besar kerusakan jaringan yang terjadi, mulai dari ringan (regangan) hingga berat (robekan total).
 sprain adalah kondisi di mana ligamen, yaitu jaringan ikat elastis yang menghubungkan antar tulang dan menjaga stabilitas sendi, mengalami regangan atau robekan akibat pergerakan yang salah atau trauma tiba-tiba. Biasanya sprain terjadi saat sendi mengalami tekanan atau tarikan di luar batas normal gerakannya.
misalnya di tengah lapangan hijau yang dipenuhi semangat persaingan dan suara sorak penonton, seorang atlet muda melangkah dengan penuh percaya diri. Keringat mengalir di wajahnya, matanya fokus pada bola yang bergulir cepat. Namun, dalam sekejap yang tidak terduga, kakinya terpelintir saat mendarat dari lompatan. Ia terjatuh, meringis menahan nyeri tajam di pergelangan kakinya. Suasana hening sejenak semua mata tertuju padanya. Tim medis segera datang memberikan pertolongan pertama. Hasil pemeriksaan menyatakan bahwa ia mengalami cedera sprain, atau lebih dikenal dengan cedera terkilir, yaitu kondisi di mana ligamen mengalami peregangan berlebihan atau robek akibat gerakan mendadak yang tidak terkontrol.

Tingkatan Cedera Sprain 

Sprain dibagi menjadi tiga tingkatan:

  1. Tingkat 1 (Ringan)

    • Hanya terjadi sedikit peregangan atau robekan kecil pada ligamen

    • Nyeri ringan, sedikit pembengkakan, tetap bisa berjalan

  2. Tingkat 2 (Sedang)

    • Ligamen sebagian robek, menyebabkan nyeri sedang hingga berat, pembengkakan, memar, dan kesulitan menggerakkan sendi

    • Ini adalah jenis sprain pada cedera sedang

  3. Tingkat 3 (Berat)

    • Ligamen robek total

    • Sendi menjadi tidak stabil, nyeri sangat hebat, biasanya memerlukan tindakan medis lanjutan seperti gips atau bahkan operasi


Beberapa contoh cedera ligamen
 1. Ankle Sprain (Pergelangan Kaki Terkilir)

Contoh Seorang pemain futsal melompat untuk menendang bola, lalu mendarat dengan posisi kaki yang miring. Pergelangan kakinya mengalami pembengkakan dan nyeri saat digerakkan. 

Ligamen yang Cedera: talofibular anterior (ATFL)

Tingkat Cedera: Bisa ringan (regangan) hingga sedang (sobek sebagian)

 2. Wrist Sprain (Terkilir Pergelangan Tangan)

Seseorang jatuh ke depan saat berlari dan menahan tubuhnya dengan tangan terbuka. Pergelangan tangan langsung terasa sakit dan bengkak.

Ligamen yang Cedera: Ligamen antara tulang kecil di pergelangan (seperti scapholunate ligament)

 3. Knee Sprain (Lutut) – Termasuk Cedera ACL, PCL, MCL, LCL

Atlet basket berlari lalu berhenti mendadak untuk berbelok, menyebabkan lutut terputar. Muncul bunyi “pop” dan lutut terasa tidak stabil.

Ligamen yang Cedera: Bisa ACL (anterior cruciate ligament) atau MCL (medial collateral ligament)


 4. Thumb Sprain (Cedera Ibu Jari)

Seorang pemain ski terjatuh dan batang ski menekan ibu jari ke belakang. Ibu jari menjadi bengkak dan sulit digerakkan.

Ligamen yang Cedera: Ligamen ulnar collateral pada ibu jari (sering disebut "Skier’s Thumb")

Cedera Berat

Cedera berat adalah jenis cedera yang menyebabkan kerusakan serius pada tubuh dan berpotensi mengancam nyawa, fungsi organ, atau kemampuan tubuh secara permanenCedera ini biasanya memerlukan penanganan medis segera dan bisa berujung pada kecacatan jangka panjang atau kematian jika tidak ditangani dengan cepat dan tepat.

Jenis jenis cedera berat terbagi menjadi beberapa yaitu:
1. Sederhana misalnya patah tulang yang tidak keluar dari kulit.
2. Sempurna misalnya yang keluar dari kulit.
3. Frakture atau patah tulang adalah kondisi ketika tulang mengalami retak atau patah akibat tekanan atau benturan yang melebihi kekuatan tulang.

Jenis-jenis fraktur:
  1. Fraktur tertutup (simple fracture)
    Patah tulang tapi kulit tidak robek.

  2. Fraktur terbuka (compound fracture)
    Ujung tulang menembus kulit — risiko infeksi tinggi.

  3. Fraktur lengkap
    Tulang patah jadi dua bagian atau lebih.

  4. Fraktur tidak lengkap (greenstick fracture)
    Tulang retak sebagian — sering terjadi pada anak-anak.

  5. Fraktur kominutif
    Tulang pecah jadi banyak bagian.

  6. Fraktur spiral, transversal, oblique
    Berdasarkan bentuk arah patahan.

Gejala fraktur:
  • Nyeri tajam dan tiba-tiba

  • Bengkak dan memar

  • Sulit atau tidak bisa menggerakkan bagian yang terkena

  • Bentuk anggota tubuh tampak tidak normal

  • Mungkin terdengar bunyi “krek” saat patah

pertolongan pertama:
  • Jangan digerakkan bagian yang patah
  • Gunakan bidai untuk menstabilkan

  • Kompres dingin untuk mengurangi pembengkakan

  • Segera bawa ke fasilitas medis

4.Dislokasi adalah kondisi ketika tulang keluar dari posisi normalnya pada sendi, sehingga sendi menjadi tidak sejajar seperti seharusnya. Ini biasanya terjadi akibat trauma, seperti jatuh, benturan keras, atau kecelakaan.
Ciri-ciri dislokasi:
  • Nyeri hebat pada sendi

  • Pembengkakan

  • Perubahan bentuk sendi (terlihat bengkok atau tidak sejajar)

  • Keterbatasan atau tidak bisa menggerakkan sendi

  • Kadang disertai mati rasa atau kesemutan

contoh dislokasi

  • Dislokasi bahu  paling sering terjadi

  • Dislokasi siku, lutut, jari, atau rahang

Penangganan awal:
  • Jangan mencoba mengembalikan posisi tulang sendiri

  • Imobilisasi bagian yang terkena (usahakan tidak digerakkan)

  • Kompres dingin untuk mengurangi bengkak

  • Segera cari pertolongan medis.

PENANGGANAN SISTEM RICE

 1. American Academy of Orthopaedic Surgeons (AAOS)

   “The RICE method—Rest, Ice, Compression, and Elevation—is the most recommended approach for treating mild sprains and strains during the first 48 hours after injury.”
Artinya: Metode RICE adalah pendekatan paling direkomendasikan untuk menangani keseleo dan ketegangan ringan selama 48 jam pertama setelah cedera.
Sistem RICE adalah metode pertolongan pertama yang digunakan untuk menangani cedera ringan pada otot, sendi, atau jaringan lunak, seperti keseleo, terkilir, atau memar

RICE

R : Rest (Istirahat) Memberikan waktu istirahat pada bagian tubuh yang cedera untuk mencegah kerusakan lebih lanjut dan memulai proses penyembuhan.
Contoh: Menghentikan aktivitas fisik yang menyebabkan cedera dan menghindari beban pada bagian tubuh yang cedera.

I : Ice Pack Bungkus) : Mengompres bagian yang cedera dengan es selama 15–20 menit setiap 2–3 jam untuk mengurangi pembengkakan, rasa sakit, dan peradangan.

Catatan: Jangan menempelkan es langsung ke kulit — gunakan handuk sebagai lapisan
.



C : Compres (Penekanan) Membalut area yang cedera dengan perban elastis untuk membantu mengurangi pembengkakan dan menopang bagian yang cedera.


Perhatian: Jangan terlalu ketat agar tidak mengganggu sirkulasi darah.

 E: Elevasion Elevasi/pengangkatan mengangkat bagian tubuh yang cedera lebih tinggi dari posisi jantung untuk mengurangi pembengkakan dan mempercepat aliran darah kembali ke jantung.

Contoh: Mengangkat kaki yang terkilir dengan bantuan bantal saat berbaring.



Tujuan Sistem RICE:

  • Mengurangi rasa nyeri.

  • Meminimalkan pembengkakan.

  • Mempercepat proses penyembuhan.

  • Mencegah cedera bertambah parah.

PENANGGANAN PINGSAN

"Sinkop adalah kondisi kehilangan kesadaran sementara yang biasanya berlangsung singkat, disertai hilangnya tonus postural dan pemulihan spontan."
Moya et al., Guidelines for the Diagnosis and Management of Syncope, European Heart Journal 
📄 Sumber: academic.oup.com

 

A.penyebab pingsan pada cabor taekwondo.

    a. Dehidrasi yaitu kekurangan cairan tubuh saat latihan bisa turunkan performa. Atlit bisa kehilangan hingga 2% berat badan melalui keringat.

    b. Kelelahan yaitu ketika latihan intens istirahat cukup,terutama di cuaca panas,dapat menurunkan peforma si atlit hingga 30% dan tingkatkan reisko pingsan.

    c. Trauma kepala yaitu seperti benturan yang bisa disebabkan geger otak ringan. cepat evaluasi kesadaran korban.

    d. Hipoglimkemia yaitu gula darah rendah darikurang makan. gejala nya gemetar,keringat dingin, pusing,. solusinya komsumsi makanan yang bergizi.

B. Gejala Pingsan pada Atlet Taekwondo

Dalam olahraga seperti Taekwondo, pingsan (sinkop) bisa terjadi karena:

  • Kontak fisik keras (terutama ke kepala atau perut)

  • Overexertion (latihan atau pertandingan terlalu berat)

  • Dehidrasi

  • Hipoglikemia (gula darah turun)

  • Tekanan mental dan fisik berlebihan

Gejala awal pingsan yang harus dikenali:

  1. Pusing

  2. Pandangan kabur atau gelap

  3. Keringat dingin

  4. Mual

  5. Telinga berdenging

  6. Lemas secara tiba-tiba

  7. Wajah pucat

  8. Kesadaran mulai menurun

Penanganan Pingsan pada Atlet Taekwondo

Langkah-langkah pertolongan pertama:

  1. Segera hentikan aktivitas: Jika atlet menunjukkan tanda-tanda akan pingsan, hentikan latihan atau pertandingan.

  2. Baringkan atlet secara terlentang di tempat datar dan angkat kedua kaki sekitar 30 cm untuk memperlancar aliran darah ke otak.

  3. Longgarkan pakaian atau pelindung yang ketat (sabuk, pelindung dada, dll.).

  4. Beri udara segar: Jika di dalam ruangan, pastikan ventilasi cukup atau arahkan kipas angin.

  5. Periksa kesadaran dan pernapasan:

    • Jika tidak sadar tapi bernapas, lanjutkan observasi dan tunggu pemulihan.

    • Jika tidak bernapas, segera lakukan CPR (resusitasi jantung paru).

  6. Setelah sadar, jangan langsung berdiri. Biarkan atlet beristirahat dalam posisi duduk atau rebah selama beberapa menit.

  7. Berikan air putih setelah sadar (jika tidak ada risiko cedera lebih lanjut dan atlet sudah sepenuhnya sadar).

  8.  Segera rujuk ke medis/klinik jika pingsan terjadi karena benturan keras (khususnya kepala) atau berlangsung lebih dari beberapa detik.

Pingsan pada atlet umumnya terjadi akibat kombinasi antara dehidrasi, kelelahan, dan stres fisik. Pengenalan dini gejala dan penanganan cepat dapat mencegah komplikasi lebih lanjut.”
World Taekwondo Medical Committee Guidelines

Pingsan akibat cedera kepala dalam olahraga kontak harus selalu dianggap sebagai cedera serius dan membutuhkan evaluasi medis lebih lanjut.”

International Journal of Sports Medicine.

Penanganan Hipotermia

Hipotermia adalah kondisi ketika suhu tubuh turun di bawah 35°C, yang dapat membahayakan fungsi organ vital dan berpotensi fatal jika tidak segera ditangani.


Langkah Penanganan:

  1. Pindahkan ke Tempat Hangat dan Kering:

    • Segera bawa penderita ke lingkungan yang hangat dan kering untuk mencegah kehilangan panas lebih lanjut.Alodokter

  2. Ganti Pakaian Basah:

    • Lepaskan pakaian basah dan ganti dengan yang kering untuk mengurangi konduksi panas dari tubuh.Alodokter

  3. Selimuti dengan Selimut Hangat:

    • Gunakan selimut atau mantel tebal untuk membantu meningkatkan suhu tubuh.Alodokter

  4. Berikan Minuman Hangat:

    • Jika penderita sadar dan mampu menelan, berikan minuman hangat dan manis untuk membantu menghangatkan tubuh dari dalam.Alodokter+1AIA Financial+1

  5. Kompres Hangat:

    • Letakkan kompres hangat dan kering di area leher, dada, dan selangkangan. Hindari penggunaan air panas langsung atau alat pemanas yang dapat menyebabkan luka bakar.Alodokter

  6. Hindari Gerakan Berlebihan:

"Pindahkan penderita ke tempat yang lebih kering dan hangat secara hati-hati, karena gerakan yang berlebihan dapat memicu denyut jantungnya berhenti."
Alodokter

 Penanganan Dehidrasi

Dehidrasi terjadi ketika tubuh kehilangan lebih banyak cairan daripada yang dikonsumsi, yang dapat mengganggu fungsi normal tubuh.



Langkah Penanganan:

  1. Identifikasi Tingkat Dehidrasi:

    • Gejala dehidrasi ringan hingga sedang meliputi haus, mulut kering, dan penurunan volume urin. Dehidrasi berat dapat menyebabkan mata cekung, kulit kering, dan penurunan kesadaran.Neliti

  2. Terapi Rehidrasi Oral (TRO):

    • Untuk dehidrasi ringan hingga sedang, berikan larutan rehidrasi oral (oralit) yang mengandung air, gula, dan elektrolit untuk menggantikan cairan yang hilang.Siloam Hospitals

  3. Terapi Cairan Intravena (IV):

    • Pada kasus dehidrasi berat atau jika penderita tidak mampu minum, pemberian cairan melalui infus diperlukan untuk mengembalikan keseimbangan cairan tubuh.

  4. Pemantauan dan Edukasi:

    • Pantau tanda-tanda vital dan keseimbangan cairan secara berkala. Edukasi penderita atau keluarga mengenai pentingnya asupan cairan yang cukup dan cara mencegah dehidrasi di masa mendatang.

    • gejala dehidrasi 

      1. Sangat haus tetapi kesulitan minum

      2. Tidak buang air kecil dalam 8 jam atau lebih

      3. Mata cekung

      4. Kulit kehilangan elastisitas (tidak kembali setelah dicubit)

      5. Detak jantung cepat

"Terapi rehidrasi oral (ORF) dan terapi cairan intravena (IVF) adalah metode utama dalam penanganan dehidrasi pada anak dengan diare akut."
Jurnal Penelitian Perawat Profesional


Carilah vidio cedera taekwondo karena olahraga taekwondo sesuai dengan cabang olahraga taekwondo yang kalian geluti lalu analisi cedera tersebut dengan penjelasan 4W 1H. Metode penarikan informasi.What “apa” WHO “Siapa” When “Kapan’ Where “di mana dan How “Bagaimana”.

https://youtu.be/U8l6yzWr9XU?si=jKZdvsFLfv

  • What (Apa):
    Cedera lutut serius yang dialami oleh seorang praktisi taekwondo saat mencoba memecahkan papan dengan teknik tendangan lompat. Cedera ini kemungkinan besar melibatkan robekan ligamen atau kerusakan struktural pada sendi lutut.
  • Who (Siapa):
    Seorang atlet taekwondo dari Sky High Taekwondo, yang melakukan demonstrasi teknik tendangan lompat untuk memecahkan papan.
  • When (Kapan):
    Waktu pasti kejadian tidak disebutkan dalam video, namun video tersebut diunggah pada 13 Februari 2019.
  • Where (Di mana):
    Di dalam sebuah dojo atau tempat latihan taekwondo yang digunakan oleh Sky High Taekwondo.
  • How (Bagaimana):
    Atlet tersebut melakukan tendangan lompat untuk memecahkan papan. Saat mendarat, terjadi kesalahan teknik atau posisi yang menyebabkan tekanan berlebih pada lutut, mengakibatkan cedera serius yang memerlukan tindakan medis segera.

Cedera lutut seperti yang terlihat dalam video ini sering terjadi akibat:

  • Teknik pendaratan yang tidak tepat setelah melakukan tendangan lompat.
  • Kurangnya kekuatan otot penopang lutut, seperti otot paha depan dan belakang.
  • Latihan yang berlebihan tanpa istirahat yang cukup.
  • Tidak melakukan pemanasan dan peregangan yang memadai sebelum latihan.

Pencegahan cedera semacam ini meliputi:

  • Melatih teknik pendaratan yang benar.
  • Memperkuat otot-otot penopang lutut melalui latihan kekuatan.
  • Melakukan pemanasan dan peregangan sebelum latihan.
  • Memberikan waktu istirahat yang cukup antara sesi latihan.

Jika cedera terjadi, penting untuk segera menghentikan aktivitas, mengompres area yang cedera dengan es, dan mencari bantuan medis untuk evaluasi dan perawatan lebih lanjut. 

Komentar

Postingan populer dari blog ini

PERENCANAAN PEMBELAJARAN PENJAS

PERENCANAAN PEMBELARAJAN PENJAS